Malaysia Airlines MH17 menjadi salah satu tragedi penerbangan paling memilukan dalam sejarah modern. 

Pada 17 Juli 2014, pesawat Boeing 777-200 dengan nomor penerbangan MH17 ditembak jatuh oleh rudal di langit Ukraina timur saat terbang dari Amsterdam, Belanda menuju Kuala Lumpur, Malaysia. 

Dilansir dari Britannica, pesawat dengan nomor registrasi 9M-MRD itu jatuh setelah dihantam rudal permukaan-ke-udara buatan Rusia jenis 9M38M1 yang diluncurkan dari sistem Buk.

Saat itu, wilayah Ukraina timur sedang dilanda konflik bersenjata antara militer Ukraina dan kelompok separatis yang didukung Rusia.

Pesawat hancur di angkasa dengan seluruh penumpang dan kru pesawat penerbangan tersebut dinyatakan meninggal dunia. 

Kronologi Tragedi MH17

Dilansir Kompas.com (03/05/2025), Malaysia Airlines MH17 lepas landas dari Bandara Schiphol Amsterdam pada pukul 10.31 UTC. 

Pesawat berada di ketinggian 33.000 kaki, tepat 1.000 kaki di atas zona larangan terbang yang diberlakukan otoritas Ukraina.

Dalam laporan SimpleFlying, disebutkan bahwa MH17 sempat meminta izin naik ke ketinggian 34.000 kaki, namun permintaan itu ditolak. 

Pesawat juga menyimpang dari rute semula untuk menghindari badai petir.

Komunikasi terakhir pesawat terjadi sekitar pukul 13.20 UTC dengan pengatur lalu lintas udara di Dnipropetrovsk dan Rostov-na-Donu.

Tak lama kemudian, komunikasi terputus tanpa adanya sinyal marabahaya.

Saksi mata melaporkan ledakan di udara, dan beberapa menit setelah itu, pesawat menghilang dari radar.

Puing-puing MH17 ditemukan berserakan di sekitar Desa Hrabove, wilayah Donetsk, Ukraina.

Penyelidikan oleh Tim Investigasi Gabungan (Joint Investigation Team/JIT) yang terdiri dari Belanda, Australia, Belgia, Malaysia, dan Ukraina mengungkap bahwa rudal ditembakkan dari wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia. 

Bukti forensik menunjukkan rudal meledak di sisi kiri pesawat, menimbulkan lebih dari 800 pecahan proyektil, menghancurkan pesawat dalam hitungan detik.