GACOR88JP – Temuan Kerangka Manusia 7.400 Tahun di Maros Ungkap Jejak Budaya Toalean


Tim peneliti Australia, Indonesia, dan Jerman berhasil mengungkap DNA dari fosil manusia purba, diperkirakan wanita remaja yang hidup 7.200 tahun silam, di Leang Panning (Gua Kelelawar) di Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Fosil ini diberi nama Besse, merujuk pada penyebutan anak perempuan dalam etnis Bugis-Makassar.

Lihat Foto

Maros, Sulawesi Selatan, kembali mengungkap temuan penting terkait kehidupan manusia prasejarah di Indonesia.

Dalam konferensi internasional bertajuk “Gau Maraja Leang-Leang Maros 2025” yang berlangsung pada Sabtu (5/7/2025), para peneliti dari berbagai lembaga memaparkan hasil studi terbaru dari situs-situs gua prasejarah di wilayah Mallawa, Maros.

Salah satu pemaparan utama disampaikan oleh peneliti Pusat Riset Arkeologi Sejarah dan Prasejarah BRIN, Hasanuddin.

Ia mengungkapkan bahwa timnya telah mengidentifikasi sekitar 28 gua dan ceruk yang merupakan bekas hunian manusia prasejarah. Gua tertua di antaranya bahkan diperkirakan telah dihuni sejak 10.000 tahun yang lalu.

“Salah satu temuan paling signifikan adalah kerangka manusia yang ditemukan pada 2021, yang diperkirakan berusia sekitar 7.400 tahun. Ini berasal dari kelompok yang dikenal sebagai manusia Toalean,” ujar Hasanuddin dalam sesi presentasi.

Bukti Interaksi Budaya: Toalean dan Austronesia

Lebih dari sekadar penemuan arkeologis, temuan tersebut memperluas pemahaman para peneliti tentang interaksi antar kelompok manusia purba, khususnya antara Toalean dan para pendatang dari budaya Austronesia. Interaksi tersebut menunjukkan adanya proses adaptasi dan asimilasi budaya yang kompleks.

“Kami menemukan bukti bahwa telah terjadi proses adaptasi dan interaksi antara kelompok Toalean dengan pendatang dari budaya Austronesia,” jelas Hasanuddin. “Ini mencerminkan perubahan sosial dan budaya yang terjadi secara bertahap seiring waktu.”

Mallawa kini dianggap sebagai lokasi kunci untuk melacak jejak kehidupan manusia sejak akhir zaman Pleistosen, melewati periode Neolitik Akhir, hingga zaman Paleometalik.

Temuan lapisan tanah (stratigrafi), berbagai artefak, hingga hasil analisis DNA manusia menunjukkan adanya aktivitas yang terus berlangsung antara 7.400 hingga 3.600 tahun sebelum tahun 1950.

Dalam salah satu lapisan budaya yang diteliti, arkeolog menemukan kombinasi artefak khas dari berbagai budaya. Temuan tersebut meliputi:

  • Maros Point, alat batu khas Toalean
  • Mikrolit, serpihan batu kecil tajam
  • Gerabah dengan slip merah
  • Beliung, alat batu yang biasa digunakan dalam pertanian

“Ini menunjukkan adanya fleksibilitas dalam cara manusia memanfaatkan lingkungan, baik di dalam gua maupun di ruang terbuka,” tutur Hasanuddin. Selain itu, pola konsumsi makanan, penggunaan ruang, hingga ritual penguburan juga mencerminkan dinamika budaya yang terus berkembang di wilayah tersebut.

Mallawa, Kunci Sejarah Prasejarah di Indonesia Timur

Dengan semakin banyaknya bukti yang ditemukan, wilayah Mallawa di Maros kini dianggap sebagai salah satu titik penting dalam kajian arkeologi Sulawesi Selatan dan sejarah manusia prasejarah di Indonesia bagian timur.

Lokasi ini juga menjadi representasi penting kawasan Wallacea, wilayah biogeografi yang unik di antara Asia dan Australia.

“Mallawa adalah kunci untuk memahami kesinambungan dan transformasi budaya manusia prasejarah di wilayah ini,” tegas Hasanuddin.

Rangkaian temuan tersebut membuka peluang baru dalam menggali lebih jauh misteri kehidupan manusia purba di balik gua-gua karst Maros.

Para arkeolog berharap, riset lanjutan di kawasan ini akan terus mengungkap jejak kehidupan masa lampau yang selama ini tersembunyi dalam lanskap bebatuan purba Sulawesi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Temuan Kerangka Manusia Berusia 7.400 Tahun di Maros Ungkap Jejak Prasejarah Wallacea”

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *